Tinjauan Umum Sistem Kelistrikan
Sebagai pembuka untuk membahas masalah pengelolaan kelistrikan, mari kita tinjau kembali struktur umum pengelolaan kelistrikan.
Dalam
sistem kelistrikan paling tidak terdapat tiga fungsi umum atau
subsistem, yaitu subsistem pembangkitan, transmisi, dan distribusi.
Tiap-tiap subsistem ini memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda
tapi saling burhubungan. Selanjutnya akan dibahas masing-masing
subsistem tersebut.
Subsistem pembangkitan
memiliki fungsi memproduksi (membuat) atau membangkitkan listrik.
Subsistem ini pada dasarnya adalah sebuah pabrik yang memproduksi
listrik tetapi karena listrik bukanlah suatu benda yang dapat dilihat
maka istilah memproduksi lebih tepat dinyatakan dengan membangkitkan
listrik. Listrik dapat dihasilkan dari berbagai macam cara, menggunakan
air disebut PLTA (pembangkit listrik tenaga air), menggunakan uap air
disebut PLTU (pembangkit listrik tenaga uap), dan lain-lain. Subsistem
pembangkitan biasanya terletak di tempat-tempat listrik itu dihasilkan.
PLTA terletak di bendungan atau waduk, PLTU terletak di dekat sumber
panas bumi penghasil uap, dan seterusnya. Listrik yang dihasilkan tidak
bisa disimpan atau ditampung dulu, tetapi harus langsung dialirkan ke
tempat dimana listrik itu akan dipakai. Jadi, tidak ada gudang
penyimpanan listrik atau tandon penyimpanan listrik. Inilah salah satu
karakteristik dari listrik dipandang dari segi produksi.
Karena
listrik tidak dapat disimpan, maka listrik itu harus terus dialirkan
dari subsistem pembangkitan ke tempat listrik itu akan dipakai. Di
sinilah peran subsistem transmisi. Subsistem ini berfungsi mengalirkan
listrik ke tempat-tempat di mana listrik akan digunakan. Lagi pula
tempat pembangkitan listrik biasanya jauh sehingga diperlukan cara agar
listrik bisa dialirkan ke tempat lain. Maka, kita sering melihat
kabel-kabel listrik membentuk saluran listrik tegangan tinggi yang
membentang dari satu tempat ke tempat lain, itulah yang digolongkan
sebagai subsistem transmisi.
Sebelum listrik
sampai ke pemakai, saluran listrik tegangan tinggi yang dialirkan dari
subsistem pembangkit perlu dibagi ke beberapa pemakai. Subsistem yang
menjalankan fungsi ini disebut subsistem distribusi. Pada tahap ini
listrik dibagi-bagi dengan tegangan tertentu ke sejumlah pemakai, baik
pemakai rumah tangga maupun pemakai industri. Kita sering melihat
gardu-gardu listrik yang tersebar di beberapa tempat, di sinilah listrik
itu didistribusikan. Pada gardu-gardu ini terdapat trafo yang berfungsi
menaikkan atau menurunkan tegangan ke tegangan yang sesuai. Kita juga
sering mendengar pemadaman listrik di suatu daerah dihubungkan dengan
kejadian di suatu gardu, karena memang di gardu inilah pusat penyaluran
listrik di daerah tersebut.
Proses perhitungan
biaya listrik yang dipakai oleh pemakai, kerugian akibat pencurian
listrik, dan segala macam masalah yang berkaitan langsung dengan pemakai
listrik termasuk ke dalam subsistem distribusi.
Pengelolaan
sistem kelistrikan di Indonesia yang meliputi tiga fungsi sebagaimana
dijelaskan di atas dilakukan oleh operator tunggal sekaligus sebuah
badan usaha milik negara (BUMN), yaitu PLN.
Demikianlah
penjelasan umum dan ringkas dari suatu sistem kelistrikan. Di sini
dibahas bagaimana listrik yang dibangkitkan di PLTA yang jauh dari pusat
kota dialirkan dan digunakan oleh orang-orang di pusat kota.
Evaluasi Sistem Kelistrikan Yang Ada
Dari
penjelasan tentang sistem kelistrikan di atas dan membandingkan dengan
sistem kelistrikan yang ada saat ini yang dikelola oleh PLN, menurut
saya ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian.
- Pernahkah pengelola sistem kelistrikan memperhitungkan jumlah listrik yang dihasilkan dalam subsistem pembangkitan, kemudian dialirkan melalui subsistem transmisi, sampai ke subsistem distribusi, dan terakhir sampai ke pemakai langsung? Apakah ada sejumlah listrik yang terbuang sia-sia dalam keseluruhan proses ini? jika kita meninjau listrik sebagai produk yang akan dijual maka kehilangan listrik berarti kehilangan sejumlah produk. Ini berarti ada harga produk yang tidak terjual, dan bisa berarti kerugian. Suatu sistem kelistrikan terpadu yang baik tentu saja akan memperkecil sejumlah kerugian ini dengan memperhitungkan jumlah listrik yang dihasilkan dan berapa jumlah yang dipakai dan dibayar oleh pemakai atau konsumen.
- Kita mengenal berbagai jenis pembangkitan listrik. PLTA menggunakan air, PLTU menggunakan uap air dari sumber panas bumi, dan sebagainya. Masing-masing sumber listrik didapat atau dijalankan dengan biaya yang berbeda. Apakah perbedaan tiap sistem pembangkitan ini tidak mempengaruhi perbedaan nilai jual listrik itu kepada konsumen? Bukankah seharusnya konsumen yang memakai listrik dari PLTA berbeda dari konsumen yang memakai listrik dari PLTU? Atau, jika di suatu daerah menggunakan listrik dari PLTA, mengapa mereka harus terpengaruh oleh kenaikan harga BBM yang digunakan pembangkit di daerah lain? Dari sudut pandang keadilan, hal ini tentu terlihat sangat tidak adil. Semestinya biaya listrik berlaku lokal sesuai pembangkit yang dijalankan di daerah yang bersangkutan.
- Bagaimana memperhitungkan dan mengelola distribusi listrik? Dalam pandangan bisnis, listrik yang dijual dan terbayarkan oleh pemakai semestinya sesuai dengan listrik yang diterima dari subsistem pembangkitan dan transmisi. Memang ada sejumlah listrik yang hilang saat transmisi yang biasanya sudah diperhitungkan saat merancang subsistem transmisi, tetapi sejumlah listrik yang hilang akibat desain di gardu, pemakaian tidak sah, atau pencurian listrik semestinya perlu diperhitungkan juga. Sudahkah ini dilakukan oleh pengelola sistem kelistrikan?
Dari
sudut pandang efektivitas dan profit, permasalahan di atas bisa
dijadikan landasan dalam mengevaluasi kinerja pengelolaan kelistrikan
yang ada saat ini. hal di atas tentu hanya sebagian kecil dari
permasalahan yang ada, tetapi dari sini kita bisa menganalisis sistem
yang ada untuk mencari sedikit solusi yang bisa diajukan.
Sistem Kelistrikan Alternatif
Dari
sejumlah permasalahan di atas, diperlukan suatu langkah maju dalam
pengelolaan listrik yang dapat mengembalikan efektivitas dan profit
perusahaan pengelola kelistrikan.
Dari
penjelasan di atas, tampak bahwa permasalahan dalam pengelolaan listrik
terletak pada distribusi listrik dan pengelolaan dana hasil distribusi
listrik. Selama ini pengelolaan sistem kelistrikan yang meliputi
subsistem pembangkitan, transmisi, dan distribusi dilakukan oleh satu
institusi pemerintah, yaitu PLN. Dalam hal ini PLN membangun pembangkit
listrik sekaligus maintenance-nya (pemeliharaan), membangun sistem
transmisi beserta maintenance-nya, dan melakukan pelayanan kepada
pemakai listrik sebagai pihak yang berhadapan langsung dengan konsumen.
Untuk
alasan efektivitas dan profit, penulis mengusulkan suatu sistem
kelistrikan alternatif berupa pemisahan dalam pengelolaan kelistrikan.
Di sini sistem kelistrikan dibagi menjadi dua sistem yang terpisah dalam
pengelolaannya yang masing-masing menjalankan fungsinya secara mandiri.
Sistem pembangkitan dan transmisi berada di satu sisi dengan satu
manajemen tersendiri dan di sisi yang lain sistem distribusi dengan satu
manajemen tersendiri pula.
Dalam sistem
kelistrikan ini, pihak pembangkit dan transmisi memproduksi listrik dan
menjualnya kepada pihak lain, yaitu sistem distribusi. Sistem distribusi
membeli listrik dari sistem pembangkit dan transmisi untuk dijual
kepada pemakai listrik sebagai konsumen. Di sini baik sistem
pembangkitan dan transmisi maupun sistem distribusi menjalankan usahanya
sebagai institusi bisnis yang berusaha meraih keuntungan.
Sebagai
institusi bisnis yang bertujuan menghasilkan keuntungan, masing-masing
pihakmelakukan transaksi jual beli. Dengan demikian, baik sistem
pembangkitan dan transmisi maupun sistem distribusi semestinya tidak
mengharapkan timbulnya kerugian di pihak masing-masing. Ini membuat
semua pihak berusaha menjalankan fungsi dan usahanya secara efektif agar
tercapai usaha meraih keuntungan.
Sistem
kelistrikan melalui pemisahan pengelolaan antara sistem pembangkitan dan
transmisi dengan sistem distribusi merupakan suatu alternatif dalam
pengelolaan sistem kelistrikan. Sistem alternatif ini merupakan suatu
usulan dalam rangka meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan perolehan
profit yang diharapkan dari suatu pengelolaan suatu sistem kelistrikan.
No comments:
Post a Comment